Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan seorang sahabat, yang kebetulan memang ada keperluan. Tumben sekali sahabat saya ini datang terlambat dari waktu janjian kami. Dia pun bercerita kalau sebelum menemui saya, dia ke sekolah anaknya menemui wali kelas, untuk membicarakan tentang anaknya yang menjadi korban bullying.
Ceritanya tentang bullying membuat saya kaget. Bagaimana tidak, anaknya bersekolah di sekolah yang cukup bergengsi di kota Semarang. Pun sekolah tersebut berbasis agama. Si anak tidak mau menceritakan apa dan bagaimana bullying yang dia alami. Apakah bullying yang dialaminya verbal bullying atau sudah mengarah ke arah kekerasan fisik. Tapi dampak ke anak tersebut, dia tidak mau sekolah, dan kalau toh dia sekolah, dia mau bawa pisau katanya. Hiks, duh, sedih dan ngeri banget dengarnya. Fyi, anak sahabat saya ini, secara fisik memang kurus dan sifatnya pendiam. Dia cuma punya 2 orang teman yang dekat. Ciri-ciri anak korban bully sepanjang pengetahuan saya, memang anak yang secara fisik kecil, dan memiliki sifat pendiam/introvert. Karena para pembully akan merasa aman karena korban diam saja jika dibully.
Setelah pertemuan tersebut, saya kembali ke rumah. Di rumah, saya menceritakan kembali yang dialami oleh anak sahabat saya. Tentu saja ada kekhawatiran tersendiri, karena anak pertama saya juga agak pendiam. Dan juga badannya kecil. Jadi PR tersendiri bagi saya dan suami untuk mengajarkan pada anak agar mampu membela dirinya sendiri.
Saya teringat ketika ikut salah satu kegiatan bloger bekerjasama dengan lactogrow. "Bapak ibu pengen punya anak yang bahagia atau anak yang pintar?" Pertanyaan psikolog cantik yang memberikan salah satu materi saat itu cukup menohok. Membuat saya berpikir, kalau anak saya bahagia tapi tidak pintar apakah saya mau, dan jika terjadi sebaliknya bagaimana? Tuh, kan, jadi mikir haha.
Psikolog tersebut melanjutkan berkata, "Anak yang bahagia akan menjadi anak yang pintar, karena dia akan happy dengan semua yang dialaminya. Ketika belajar, dia akan belajar dengan bahagia sehingga pelajaran akan terserap dengan baik.
Jadi, menurut saya langkah pertama yang saya ambil agar anak terhindar dari bullying adalah membuat dia menjadi anak yang bahagia sehingga mudah bergaul dan banyak teman. Sehingga semisal dia mendapat masalah ada teman yang diajak cerita atau ikut membelanya.
Ada beberapa hal yang kami lakukan untuk untuk membuat si kakak agar mau bergaul dengan teman-temannya. Antara lain:
1. Mengenalkan pada lingkungan pergaulan baru.
Selama ini kakak hanya kenal lingkungan rumah dan sekolah. Kami mulai mendorong dia untuk berkegiatan di tempat lain agar bertemu dengan orang baru. Kebetulan tetangga sebelah ada anaknya yang mengaji di musola di gang belakang. Saya pun minta tolong, kalau pas nganter ngaji, si kakak juga diajak.
Butuh waktu untuk meyakinkan kakak agar mau berangkat mengaji. Alasannya banyak banget haha. Akhirnya dia mau ikut berangkat. Dan ketika pulang, cerita seru tentang teman-teman ngajinya. Selain mulai bergaul dia juga belajar ngaji. Alhamdulillah.
2. Menggali minat dan potensinya
Logika saya saat itu adalah ketika anak memiliki kemampuan lain selain akademis, kepercayaan dirinya perlahan akan tumbuh. Karena itu saya mulai mencari minat si kakak dimana. Dan pilihan saya jatuh di musik. Sejak kecil sudah terlihat minatnya. Lagipula, saya melihat banyak orang yang bisa musik, secara karakter mereka lebih happy gitu.
Kami pun mencoba mengikutsertakan kakak ke les musik. Awalnya gak mau. Kenapa? Karena dia memang gak nyaman dengan suasana dan orang baru. Tapi, kami berusaha meyakinkan. "Dicoba dulu ya datang ke sana, nanti kalau kakak tetap gak mau, ibu bapak gak maksa," bujuk kami ketika itu. Akhirnya mau berangkat.
Bagaimana ketika di les musik? Awalnya ya malu dan takut. Lama-lama mulai menyesuaikan. Baru 2 kali datang sudah terlihat perkembangan karakternya ke arah yang baik. Kakak mulai mau main sama teman-teman sekolahnya, cerita ini disampaikan wali murid lain kepada saya. Syukurlah ya.
3. Kegiatan fisik
Masih ingat kan ya, "Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat." Untuk hal ini kami merencanakan untuk memberikan kegiatan fisik yang menyenangkan ke kakak. Seperti berenang misalnya. Ini juga PR banget. Karena dia gak suka air haha. Satu lagi rencana kami yaitu mengikutkan ke les tari. Itu sebelum corona melanda. InsyaAllah nanti kalau sudah tenang ditindaklanjuti.
Tentang beladiri memang sepertinya dibutuhkan ya. Mungkin kalau sudah usia sekolah dasar. Kami akan memikirkan lebih lanjut.
Well, bagaimana pun itu adalah ikhtiar kami untuk perkembangan buah hati. Kami sadar masih banyak kekurangan sebagai orang tua. Tapi peran orang tua adalah yang terpenting dalam perkembangan anak.
setuju banget mbak dengan menggali dan mengembangkan minat anak bisa menambah rasa percaya dirinya. Dio tuh contohnya mbak. yang dulu kecil piyik pemalu sekarang udah makin pede
ReplyDeleteSetuju banget, memang anak yang kurang percara diri tu keliatan banget dan bakalan jadi sasaran bullying
ReplyDelete