Social Icons

10 Jun 2020

Saya, Ibu Menyusui Dan Saya Harus Bahagia

Saya, ibu menyusui dan saya harus bahagia

Pernah dengar gak kalau hormon menyusui itu berbanding lurus dengan kebahagiaan?

Saat ini saya masih menyusui anak ke dua yang berumur 1,5 tahun. Bagi yang pernah mengalami pasti paham, kalau punya bayi itu paket komplit. Bahagianya tak terkira, berikut begadangnya, tubuh lelah, hawanya ngantuk tapi tidak mungkin tidur, dan lain-lain. Komplit dan kompleks haha.



Perjalanan menyusui bagi ibu bekerja pun beragam sekali ceritanya. Ketika masih cuti, keadaan masih aman terkendali. Malam begadang, besok pagi bangun agak kesiangan gak terlalu masalah. Tapi kalau cuti habis kan gak mungkin banget, bobok cantik di pagi hari haha. 

Karena tubuh yang lelah, membuat hati jadi gelisah. Lambat laun berpengaruh pada produksi asip (Air Susu Ibu Perah). Saya pernah mengalami penurunan drastis hasil asip di suatu waktu. Panik? Jelas, karena asip saya kejar tayang. Kalau hasil asip hari ini berkurang alamat saya tambah begadang di malam hari atau dengan resiko bayi saya kekurangan minum. 

Tentu saja saya memilih begadang supaya bayi saya tercukupi asipnya ketika saya bekerja. Yah, paling ntar efeknya ngantuk di kantor dan bisa jadi tensi turun.

Kondisi yang tidak fit, tidur yang kurang, dan beban pikiran akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas asi. Sebagus daj sebanyak apa pun booster asi yang dikonsumsi tidak akan membawa perubahan jika seorang busui kelelahan secara fisik dan tertekan secara psikis. Iya, seorang busui harus bahagia.

Secara ilmiah ada penjelasannya loh bahwa hormon oksitosin yang berpengaruh besar pada produksi asi erat sekali dengan namanya kebahagiaan. Busui harus mulai memikirkan kebahagiaannya dulu karena ini berkaitam dengan asupan asi bagi bayi. Self love alias mencintai diri sendiri penting sekali.

Self love di sini bisa diartikan bagaimana kita membuat diri kita bahagia, tentu dengan cara versi kita. Misalnya saya, jika mulai bad mood saya akan mulai dengan makanan haha makanya gak kurus-kurus. Tentu makanan yang saya pilih adalah makanan yang memperlancar asi dan saya menyukainya. Jika dari makanan tidak bisa mengembalikan mood saya, maka langkah berikutnya adalah jalan-jalan. Busui mah butuh banget refreshing. Sehari-hari cuma kantor sama rumah. Kerja di kantor, pulang ngurus anak. Itu aja muter. Dan tentu ada jenuhnya dong. 

Selain dari makanan dan jalan-jalan, tak kalah pentingnya adalah support system di sekitar kita. Iya, perjalanan menyusui bukan hanya bagi ibu dan bayi saja, tapi juga seluruh keluarga. Bagaimana suami/bapak mendukung istri untuk memberi asi dan dukungan keluarga lainnya. Bagaimana si kakak juga paham bahwa adik akan banyak menghabiskan waktu bersama ibunya.

Bagi saya support system yang paling berpengaruh adalah suami. Dari awal suami sudah diwanti-wanti sama dokter, "Ibunya gak usah disuruh diet dulu ya, biar asinya banyak." Mungkin karena suami gak pernah protes istrinya makan banyak. Ya gimana kalau gak makan asi juga gak keluar. 

Ada gak kendala dalam menyusui? Banyak banget, gak cukup satu postingan haha. Bahkan awal-awal melahirkan saya sudah disuruh oleh orang terdekat untuk memberi sufor pada anak. Hanya gara-gara mendengar anak saya menangis. Dianggap bahwa asinya kurang mencukupi kebutuhannya. Tapi saya dan suami tetap kekeuh diusahakan asi dulu. Kalau dalam 1 bulan berat badan bayi ada masalah baru kita konsultasikan ke dokter baiknya bagaimana. Alhamdulillah tidak ada masalah dengan BB sehingga asi bisa jalan terus.

Untuk para ibu menyusui lainnya, yuk usahakan untuk selalu bahagia lahir dan batin. Ibu yang bahagia akan menghasilkan anak yang bahagia pula. Asi berlimpah dan anak sehat. Aamiin
..

2 comments:

  1. saya juga bangga karna pernah disusui seorang ibu.

    ReplyDelete
  2. wajib ni dibaca sama seluruh perempuan, baik yang sudah menjadi ibu dan yan belum menjadi ibu. karena jasanya sungguhlah besar

    ReplyDelete

Terima kasih sudah meninggalkan komentar ^_^