Namanya Haydi, singkatan dari
nama bapak dan ibunya, Hayat dan Dira. Saya mengenal Mbak Dira karena Mbak Dira
adalah kembaran salah satu sahabat saya ketika kuliah di pascasarjana, namanya
Mbak Tira. Saya sangat terkesan dengan sosok Haydi sejak pertama kali bertemu.
Waktu itu, ibu Haydi, saya memanggilnya Mbak Dira, datang ke rumah untuk mengantar
beberapa barang pesanan saya.
Mbak Dira: “Assalammu'alaikum”.
Saya : “Wa'alaikumsalam. Masuk, Mbak!” (ketika
membuka pintu saya sempet kaget melihat sosok anak kecil di sebelah Mbak Dira,
dan cowok kecil itu juga ikutan membawa barang dagangan emaknya haha).
Setelah suguhan dikeluarkan, saya
pun menyapa si cowok kecil.
Saya: “Namanya siapa, Mas?”
Haydi: “Asmane kulo, Haydi”. (nama
saya, Haydi)
Saya pun sempat melongo, kok menjawabnya pakai bahasa Jawa krama (bahasa Jawa
paling halus tingkatannya). Langsung deh flasback teringat cerita Mbak Tira,
kalau keponakannya ini memang diajari berbicara memakai bahasa Jawa krama oleh
bapak dan ibunya kalau di rumah. Yah, enggak mungkin kan ya, kalau
saya bicara dengan Haydi dengan bahasa Indonesia.
Saya : “Haydi sak niki kelas
pinten?” (Haydi sekarang kelas berapa?)
Haydi : “Haydi sak niki TK nol
kecil”. (Haydi sekarang TK nol kecil)
(Pertanyaan standar banget ya?
Hahaha!)
Mbak Dira : “Haydi, niki Tante
Esti, rencange Budhe Tira”. (Haydi, ini Tante Esti, temannya Budhe Tira)
Haydi :”Nek rencange De Tir,
Haydi ngundange nggih Budhe Esti”. (kalau temannya Budhe Tira, Haydi
memanggilnya ya Budhe Esti)
Aduh, langsung berasa tua nih
dipanggil Budhe T.T
Mbak Dira : “Nggih mboten to,
Tante Esti kan luwih enem katimbang Ibu”. (Ya enggak, Tante Esti kan lebih
muda dari Ibu)
Akan tetapi, tetap dong si Haydi
memanggil saya dengan sebutan Budhe Esti. Hahaha! Ini nih alasannya,
Haydi : “Nggih mboten, Budhe Esti
kan mpun kromo, dadose nggih Haydi ngundange nggih Budhe”. (Ya enggak, Budhe
Esti kan sudah menikah, jadinya ya Haydi manggilnya Budhe)
Pasti si Haydi melihat foto saya dan
Mas Budhi yang memang dipajang di ruang tamu. Jadi, Haydi
tetap memanggil saya dengan sebutan Budhe Esti. Hahaha!
Pembicaraan selanjutnya
berlangsung cukup lancar, yah cukup membuat si Budhe Esti ini harus berpikir keras sebelum bicara. Berasa di tes deh. Hahaha!
Tiba-tiba si Haydi nyeletuk, “Budhe
Esti mpun gadah putro pinten?” (Budhe Esti sudah punya anak berapa?)
Hadeeeh..pusing nih mau
menerangkannya dengan anak kecil dan pakai bahasa Jawa halus lagi.
Setelah sempet diam, sambil mikir
tentunya, saya pun menjawab, “Budhe Esti dereng gadah putro, Haydi. Dereng
diparingi Gusti Allah. Nyuwun dongane nggih, ben Budhe Esti ndang diparingi
putro”. (Budhe Esti belum punya anak, belum dikasi sama Allah. Minta doanya
ya, supaya Budhe Esti segera diberi momongan). Tuh kan, bahasa Jawanya udah
belepotan pakai bahasa Jawa ngoko (bahasa sehari-hari atau bahasa kasar). Haha!
Gak bakat jadi priyayi.
Dan jawaban Haydi sangat
mengagetkan, “Nggih Budhe Esti, mengkih Haydi nggih dongake supoyo Budhe Esti
diparingi putro kalih Gusti Allah”. (Ya Budhe Esti, nanti Haydi mendoakan
Budhe supaya diberi momongan sama Allah). Duh Gusti, meleleh hati saya, anak
sekecil ini mengatakan kata-kata yang menyejukkan seperti itu.
-----000-----
Pertemuan pertama saya dengan
Haydi, saya ceritakan ke suami. Wah, suami penasaran banget dong ya. Dan tidak
perlu menunggu lama, beberapa hari kemudian, Haydi datang ke rumah lagi bersama
Bapak dan Ibunya.
Mas Budhi sempat bertanya dengan
orang tua Haydi, mengapa Haydi sudah diajari bahasa Jawa halus sejak kecil.
Alasan mereka, kalau nanti Haydi sudah bersekolah otomatis dia akan diajari
bahasa Indonesia di sekolah dan akan belajar bahasa Jawa sehari-hari dari
teman-teman seumurannya. Jadi, kesempatan mereka mengajarkan bahasa Jawa halus
ya sejak Haydi masih kecil. Dan kalau toh mereka mengajarkan bahasa Indonesia
ke Haydi, mereka harus mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dan mereka tidak begitu percaya diri bisa mengajarkan bahasa Indonesia dengan baik sesuai EYD.
Wow, pemikiran yang luar biasa
ya. Sampai begitu detailnya mereka memikirkan bahasa apa yang hendak mereka
perkenalkan terhadap putra mereka.
Haydi dan orang tuanya |
Ada kejadian lucu ketika Haydi
sekeluarga bertandang ke rumah. Waktu itu saya asyik ngrumpi berdiskusi dengan Mbak
Dira, sedangkan bapak Haydi membicarakan otomotif dengan Mas Budhi.
Haydi pun merasa agak tersisih dan dia agak caper (cari perhatian) gitu.
“Budhe Esti, Haydi nyuwun mimik
atis!” (Budhe Esti, Haydi minta air dingin)
Dan permintaan itu dilanjutkan
permintaan-permintaan lainnya kalau dia merasa dicuekin. Haha!
Puncaknya,mungkin karena sangking jengkelnya dicuekin, Haydi mengatakan hal tak
terduga. “Bapak niku ngajari Haydi nek ngendika kalih liyane ngangge boso Jawi,
sak niki kok Bapak ngendika kalih Pakdhe Budhi ngagem boso Indonesia?” (Bapak
mengajari haydi untuk bicara memakai bahasa Jawa kalau bicara dengan orang, kok
sekarang Bapak bicara dengan Pakdhe Budhi memakai bahasa Indonesia).
Kata-kata itu cetar membahana
badai banget. Dan terpampang nyata empat orang dewasa di ruangan itu langsung
mak plenggong (terdiam plus mlongo). Antara geli dan kasihan sama bapaknya Haydi,
kami pun cuma diam dan pura-pura tidak mendengar. Untung saja Mbak Dira bisa
mengalihkan perhatian Haydi, jadi keheningan itu pun pecah.
Walau pun sempat melihat anaknya
protes seperti itu kepada si Bapak, saya tetap salut dengan Mas Hayat dan Mbak
Dira yang dengan konsisten bisa mengajarkan putra mereka untuk berbahasa Jawa
halus dengan baik dan benar. Dan tentu saja, salut juga dengan Haydi, semuda
itu sudah pinter bahasa Jawa halus, padahal Budhe Esti masih plegak-pleguk
kalau diajak pakai bahasa Jawa halus. Kalau pakai bahasa Jawa sehari-hari sih,
pinter pakai banget *bangga tidak pada tempatnya. Qiqiqi!
-----000-----
Bahasa menunjukkan bangsa, kalau
bukan kita yang melestarikan bahasa daerah masing-masing, terus siapa lagi?
Memakai bahasa daerah bukan berarti mengurangi nasionalisme atau bisa jadi
membuat chauvinisme (rasa ke-suku-an) semakin tebal. Kalau kita bisa menempatkan
kapan dan di mana kita memakai bahasa daerah, tentu saja itu tidak terjadi
permasalahan, justru semakin menegaskan betapa kaya kebudayaan di negara
tercinta ini.
"Postingan ini diikutsertakan di Aku Cinta Bahasa Daerah Giveaway"
Bahkan dari anak kecil pun kita banyak belajar ya Mbak..:)
ReplyDeleteKadang pembicaraan anak kecil selalu tak terduga
salut buat orangtuanya :)
Iya Mas, banyak hal mengejutkan dari anak-anak
DeleteMakasi udah mampir Mas :)
Sugeng dalu Budhe Esti...
ReplyDeleteSemarang jawah nopo mboten?
Salam kagem Pak Budi
Sugeng enjing Pak Mars
DeleteSemarang mboten jawah sak niki
Salam kagem Bu Mars nggih :)
Andai byk orang tua di Jawa sana spt ortunya Haydi ya mbak :)
ReplyDeleteSemoga menang GA nya
Iya Mbak El, saya juga jadi mikir nih, mau ngajarin anak saya pakai bahasa apa kelak :)
DeleteMakasi Mbak Ely
Pinter dan kritis memang ya mas Haydi itu. Smg masih byk Haydi2 yang lain spy bahasa daerah bs lekat dgn keseharian kita.
ReplyDeleteIya Bun, Mas Haydi juga orang Jogja lo
DeleteSemoga ya Bun :)
Namanya diambil dari singkatan nama kedua orang tuanya,,,,
ReplyDeletewah jadi punya arti, niche blog :)
Iya Mas, unik ya :)
DeleteDuh pintere mas haydi..
ReplyDeleteIya Mbak, pinter banget :)
DeleteSip markusip ni mbak, pengin juga buat postingan anyar, tapi saat ini pas ujan deres plus petir menyambar-nyambar. Waduuuuh. At least, smoga sukses GAnya, kalo dpet buku tapi bosan paketin saja ke rumahku ya,mbak :)
ReplyDeleteMemang siiip
DeleteHaha oke deh :)
Anak kami pun mengambil dari kumpulan nama orang2 yg andil dalam proses kelahiran, Nadya = (bidan) Widya sama (bidan) Diana *Haydi juga nama yg keren :)
ReplyDeleteNama anaknya cantik2 Mbak
DeleteMakasi udah mampir :)
namun ada juga beberapa daerah yg penganutnya malu menggunakan bahasa emaknya bu... seperti di tempat saya ini. mereka bangga kalau sudah bisa ber 'elo-gue' an ama temennya. apalagi ama bapaknya..
ReplyDeleteOh ya? Mungkin mereka merasa dg berbahasa daerah jadi keliatan kampungan ya..
Deleteduh sayang bgt :)
Haydi pinter banget bahasa jawanya Mbak..
ReplyDeletembayangin Haydi ngomong aja lucu, suaranya pasti kedengar polos :)
Iya pinter banget, dan suaranya emang ngegemesin :)
Deletewah, masih TK jago bahasa kromo ^^
ReplyDeletekeren deh haydi..
Haydi memang kereeen :)
DeleteKatanya beragam bahasa yang di kuasai semakain menambah sisi intelektualitas ya? lumayan tuh bisa bahasa indonesia, jawa ngoko, sama kromo . ditambah semakin lebih dewasa :)
ReplyDeleteDenger2 sih gitu Mas :)
DeleteSekarang Haydi udah belajar bahasa Inggris lo :)
Bagus ya dari kecil diajarin bahasa daerah yang halus, salut deh!
ReplyDeleteIya Mbak, bagus banget dan keren ya :)
Deletedapat kosa kata baru lagi nih aku hasil blogwalking ke para peserta aku cinta bahasa daerah: Plenggong. xixixixi
ReplyDeleteHahaha asik kan ya dapat kosakata yg lucu2 :)
Deletewalah bahasa jawa memang susah ya mbak
ReplyDeleteKalau sudah biasa ya gampang Mbak, tapi kalau jarang ngomong ya belibet bibirnya hehe
DeleteSugeng sonten Jeng Esti, tuladha adi saking brayat Pak Hayat, Mas Haydi wasis wicanten basa krama inggil wiwit alit mila. Sugeng nyengkuyung GA nguri-uri basa daerah. Salam
ReplyDeleteSugeng dalu Bu Prih
DeleteGubrak, Bu Prih bahasanya halus bener, saya bingung nih mau jawab apa T.T
wah saluuuttttt...
ReplyDeletediajari bahasa krama di rumahnya.
gudlak buat GA nya ya mbak :-)
Makasi ya :)
DeleteHaydi pinternya... dan mukanya itu lucu kayak artis cilik siapaaa gt :D
ReplyDeleteEmang pinter dan lucu Mbak
DeleteEh kayak siapa ya?
hehehe.. pinter banget ya tuh bocah :D saya yakin sedikit sekali orang yang bisa basa daerah yang aslinya atao yang haslus.. saya aja yang sunda gak gitu ngerti sunda yang alus gimana wkwkw..
ReplyDeleteHahaha samaaa...saya juga gak bisa
DeleteSemoga menang ya mbak Es :D
ReplyDeletesalut, bilih tasih wonten tiyang sepuh ingkang purun mudal piwulang bebasan kromo inggil kagem putra putrinipun, lha wong kulo mawon menawi wonten ingkang ngendika kaleh basa alus mpun kepunthal2 e mbak
ReplyDeleteWaduh mbak, saya bukan orang Jawa tapi membayangkan berhadapan dengan anak yang menguasai bahasa Jawa halus begini, pasti deh otak rasa diplintir2 :D
ReplyDeleteSUkses GAnya ya :)
Bahasa menunjukan bangsa, dan juga menunjukan asal-usul kita Mbak Hesti...Tidak hanya dalam arti sempit tapi juga dalam arti luas..:)
ReplyDeletewow, keren banget yaa
ReplyDeletesaya saja gak bisa tuh pake kromo inggil gitu
kalo punya anak, mau juga deh nanti ngajarin bahasa daerah
ReplyDeletebiar anakku kayak haydi
Salut banget sama haydi, yen niar sing disuruh kromo alus yoo ora isok mbak :D
ReplyDeleteMakasih yaa mbak udah ikutan, dicatet PESERTA :D
Pripun kabaripun BUdhe Esti...
ReplyDeletePripun njih lami mboten kepanggih ngiih...
salam ya buat Hady
ReplyDeletenama nya bagus banget yaaa ..
ReplyDeletelucu (^_^) cuby cuby gimana gitu
ReplyDeleteAaaahh...Haydi pinteeeeer. Aku pgn tjium tjium deh, lucu :D
ReplyDeleteHaydi pinter dan lucu ya ... salut deh ...
ReplyDeletesaya merasa malu mbak Esti, gimana seorang bocah TK sudah pinter berkromo inggil, sedangkan saya ini sudah segede gini masih kagok kalau pake boso jowo kromo inggil...padahal ngaku orang jawa tulen....haduh..
ReplyDeletebner bnget. budayakan bahasa daerah, adalah salah satu cara agar budaya kita tidak pudar oleh waktu...
ReplyDeleteWaaah...
ReplyDeletekeren sekali Haydi iniiiiiih...
*mana ganteng pulak*...
Jadi malu sendiri, secara diriku ini ngomong basa Sunda nya masih belepotan, boro boro ngajarin Kayla ama Fathir...hiks...
Bagus banget bahasa si Hayadi..pinter nak.
ReplyDeletejangan lupa bahasa daerah ya
Salam hangat dari Surabaya
wah, bhasa kulo blepotan... koyone aku tresno karo haydi :D
ReplyDeletehaha.. Haydi engkau mengoyak hati ini...
ReplyDeleteTanpa bermaksud untuk berlebihan ...
ReplyDeletetetapi ... jujur saya harus akui ... saya sangat pujikan upaya dari bapak dan ibu Haydi ini ...
Bahasa kromo inggil ... diperkenalkan sejak TK kecil ...
salam saya Bu Budhi
keren banget haydi ya.. isha aja yang turunan jawa ga bisa ngomong jawa.. -.-
ReplyDeleteBahasa Jawa halus begitu kan rada susah ya mba :)
ReplyDeletekeren deh si Haydi
Ah hati ini mencelos bacanya...
ReplyDeleteTutur katanya halus... doanya pun manisss....
Wahh... hebat banget ya, masih TK bhs jawanya sdh bagus. sepertinya anaknya pintar ya.....
ReplyDeleteSalam kenal....... :)
waw keren...
ReplyDeletejarang banget anak sekarang yang bisa bahasa daerah alus gitu
aku di rumah maksain anak-anak pake bahasa jawa juga susahnya minta ampun. lingkungan yang kurang mendukung. sepertinya orang sekarang lebih suka ngomong dengan anak kecil pake bahasa indonesia. lebih payahnya lagi, orang tua sekarang sepertinya lebih bangga kalo anaknya pinter bahasa asing...
hiks...
Melestarikan bahasa daerah [Jawa], yg paling efekif mmg dr rumah, dimulai dari orang tuanya. SAyangnya sekarang kebanyakan ortu skrg bnyk yg membiasakan penggunaan bahasa sehari-hari dengan bahasa Indonesia seakan Bahasa daerah dianggap gak gaul.
ReplyDelete#Pripun wartanipun Mbak? Amugi tansah pinaringan keberkahan
Wah,, iri banget sama haydi.. Lah kulo niki, pun gedhe tuwo kok mboten saged ngginakakken basa jawi ingkang leres (dikoreksi ya budhe Esti :D ) .. suami saya jg nggak bisa basa Jawa, ngobrol dirumah pake B.Indonesia (logat jakarta, maklum suami nongolnya dari Jakarta :D ) ,, wah mau private sama De' Haydi,,
ReplyDeleteOalah... Wong jowo to Mbak? Sami karo aku wong jowo juga, cuma jowo pontianak alias japon. Hehehhee... Kunjungan silaturahim... :-)
ReplyDeletepodo2 wong jowo :)
ReplyDelete