Social Icons

6 Jul 2015

Pencarian dan Penantian Jodoh

Jodoh. Satu kata yang hingga saat ini masih menjadi sumber kegalauan para jombloers. Apalagi saat-saat Lebaran yang notabene kita akan bertemu dengan sebagian besar keluarga besar, baik dari pihak Bapak atau pun Ibu. Dan pasti pertanyaan, sudah menikah belum? kapan akan menikah? dan yang membuat tambah nyesek jika pertanyaan berikutnya adalah, nunggu apa lagi? cari yang seperti apa? atau pernyataan (atau tuduhan ya) jangan suka pilih-pilih, adik sepupu yang lebih muda saja sudah menikah dan bla bla bla. Dan yang paling menyebalkan, kita gak bisa balik kanan dan meninggalkan si penanya atas nama sopan-santun. Dengan senyum dipaksa, jawaban lirih akan diberikan, "Mohon doanya ya."

Oooow...rasanya saat itu pengen banget ditelan bumi. Entah berapa orang yang menanyakan, membuat penyataan menyudutkan atau malah tersenyum mengejek seakan-akan belum menikah itu berarti 'tidak laku'. Saya tidak tahu ya bagaimana dengan para pria yang diperlakukan seperti itu, akan tetapi untuk saya, saat-saat itu adalah saat-saat tersulit dalam hidup saya. Duh, siapa sih yang tidak mau membangun rumah tangga.
Yup. Saya pernah mengalami hal tersebut. Di saat menemani teman untuk membeli seserahan, saya hanya bisa menatap sedih. Di saat melihat teman lain menggandeng suami/istrinya di acara kondangan, saya hanya bisa menghela nafas. Di saat melihat satu-persatu teman-teman duduk di pelaminan, saya hanya bisa bertanya dalam hati, "Kapan giliran saya Ya Allah." Bahkan ketika di tempat ramai sekali pun, saya sering merasa kesepian. Aneh? Tapi itu nyata lo.

Jodoh. Satu kata yang sangat misterius bagi saya. Sering saya bertanya, dimana jodoh saya? siapa dia? Mengapa ketika teman-teman lain begitu mudah mendapatkan jodoh, saya masih harus menunggu dan menunggu. Eits, saya tidak hanya menunggu lho. Saya juga mencari. Mencari dalam arti masih dalam koridor yang layak bagi perempuan. Entah sudah berapa orang yang diperkenalkan, sampai-sampai saya enggan berkenalan lagi. Akan tetapi logika saya berkata, jika tidak dikenalkan darimana saya mendapat kenalan? Waktu sudah tersita dengan pekerjaan. Saya tidak punya waktu sebebas dulu untuk ke sana kemari untuk mengikuti organisasi atau kegiatan lain.

Hingga pada satu titik, saya lelah, sangat lelah. Saya berhenti berusaha, berhenti berharap, berhenti berdoa. Saya menjalani hari-hari tanpa bisa menikmati. Melakukan ibadah hanya untuk menggugurkan kewajiban. Tanpa ruh kekhusukan sedikit pun. Saya kecewa. Kecewa kepada diri sendiri, kecewa kepada nasib, kecewa terhadap Allah. Ah, jangan beranggapan saya keterlaluan ya. Jika Anda belum pernah mengalaminya, Anda pasti akan menyudutkan saya.

Hingga suatu hari, saya diajak mengikuti pengajian Ustad Sedekah, Ustad Yusuf Mansyur. Entah bagaimana timbul kesadaran dalam diri saya, saya yang baru dicoba oleh Allah hal seperti ini saja sudah ogah-ogahan untuk beribadah, padahal banyak hal yang sudah diberikan Allah kepada saya. Keterlaluan sekali saya ini (sempet sebel sama diri sendiri). Kemudian saya rutin mengikuti pengajian di Daarul Quran di Semarang.

Saya mulai mengetahui apa-apa yang membuat terhalangnya sebuah keinginan, saya mulai mengenal apa yang dinamakan Riyadhoh. Dengan semangat tinggi, saya mulai menjalankan riyadhoh tersebut. Karena saya tahu hanya Allah Swt yang bisa membantu saya dalam hal jodoh. Hanya Dia. Jadi hanya kepada-Nya semua harapan akan saya gantungkan.

Setelah hati mantap, maka langkah selanjutnya adalah aksi. Hari-hari saya mulai diisi dengan segala hal yang berkenaan dengan ibadah. Solat sunnah rawatib, solat wajib di awal waktu, solat sunnah Dhuha 12 rakaat, solat tahajud, zikir, dan tak lupa disempurnakan dengan sedekah. Sedekahnya pun gak main-main lho. Seluruh gaji saya serahkan. Benar-benar total dan fokus. Gak ada deh istilah setengah-setengah.

Kata Pak Ustad, riyadhoh akan yang sungguh-sungguh akan memperlihatkan hasil kurang lebih 40 hari. Jika belum menunjukkan hasil, maka riyadhoh harus dilanjutkan selama 40 hari lagi dan begitu seterusnya. Memasuki 40 hari pertama, belum ada tanda-tanda hasil yang saya harapkan, malah saya sempat berpikiran, sayang sekali dengan gaji yang saya sedekahkan. Jika Anda beranggapan bahwa tanpa gaji, saya hidup sengsara, Anda salah besar. Sejak gaji saya sedekahkan, saya justru mendapatkan rejeki dua kali lipat dari jumlah gaji saya. Amazing kan? Pikiran yang menggoyahkan saya ketika itu, jika gaji tidak saya serahkan, uang saya kan jadi banyak banget.

Uh, uh, setan mulai menggoda tuh. Untung saja saya tetap teguh menjalankan riyadhoh untuk 40 hari berikutnya. Karena ketenangan hati yang saya dapatkan sejak riyadhoh saya jalankan, tidak bernilai harganya. Walau belum ada tanda-tanda keberhasilan, hati saya penuh ketenangan yang luar biasa. Yang penting saya tetap berusaha, masalah hasil saya pasrahkan kepada Allah Swt.

Pada titik kepasrahan itu, riyadhoh saya menunjukan tanda-tanda. di rakaat terakhir di sholat Dhuha saya. Saya berdoa memohon ampunan dan meminta jodoh terbaik tidak hanya bagi dunia saya tetapi juga bagi akhirat saya. Saat berdoa itu, saya merasa suasana yang sangat tenang, seakan-akan saya memang sedang berbicara kepada Allah Swt. Sebuah pengalaman religius yang luar biasa bagi saya.

Dan setelah itu,saya seperti punya keyakinan yang kuat, bahwa jodoh saya akan datang tidak lama lagi. Bahkan ketika Mami menyanyakan, saya dengan mantap menjawab, "Tenang saja Mi, sebentar lagi kok."

Mami dengan heran bertanya, "Lho? Memangnya siapa?"

Dan dengan konyol saya menjawab, "Gak tahu, tapi sebentar lagi kok". Hahaha dijamin Mami saat itu pasti bingung, tapi beliau diam saja.

Dan alhamdulillah, janji Allah itu nyata, benar-benar nyata. Tidak sampai sebulan sejak saat itu Pak Budhi datang. Jreng jreng. Sebenarnya sih kita sudah saling kenal sejak setahun sebelumnya. Cuma status sebatas kenal dan berteman. Bahkan sebelumnya kita hanya berkomunikasi via telpon dan sms. Chatting? Jarang banget. Dua kali pertemuan, sudah cukup bagi Pak Budhi untuk mengajak nikah. Dilanjutkan dengan perkenalan ke keluarga inti. Setelah itu lamaran dan penentuan tanggal pernikahan.

Prosesnya cepat sekali, cuma sekitar 6 bulan dari saat "pembicaraan dengan Allah" itu. Jika Allah Swt berkehendak, gak bakal ada penghalangnya deh. Dan bagaimana dengan saya dan Pak Budhi, apakah kami menikah tanpa cinta? Oh ternyata tidak, setelah saling jujur, ternyata kita sudah saling naksir sejak awal perkenalan. Duh, jadi malu. (Kenapa gak dari dulu sih ngajak nikahnya sih Mas?) *eh qiqiqi

Saya menulis ini sebagai pengingat bagi diri sendiri dan semoga juga bagi teman-teman yang membaca. Jika sampai pada titik lelah hingga berhenti untuk berharap pada Allah Swt, cobalah bangkit lagi, jika kita masih sanggup untuk bangkit dan kembali berharap dengan kepasrahan dan usaha yang maksimal, InsyaAllah Allah Swt akan menunjukkan jalan terang, jalan yang pada awalnya seakan tak berujung itu.

Tulisan ini sebagai pengingat saya untuk terus berharap dan berusaha agar saya memaksimalkan ibadah agar Allah Swt berkenan menitipkan amanah berupa keturunan yang sholeh dan sholehah kepada saya dan Pak Budhi. Aamiin.

14 comments:

  1. Usaha yang tak putus juga doa ya, mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hanya itu yg kita bisa La, selebihnya adalah hak Allah Swt untuk memutuskan :)

      Delete
  2. keren,, menginspirasi saya.. selaku jomlowers..hehe

    ReplyDelete
  3. Seneng banget nemu tulisan ini mbak es. "Sekitar 6 bulan dari saat "pembicaraan dengan Allah"", nah itu yg lg sy cari2 yg susah sy temukan di tulisan orang lain. Insya Allah mbak, pengalaman positif dari mbak esty sedang sy terapkan juga. Perlu banyak kesabaran memang, terutama kesabaran menunggu waktu. Mohon doanya ya mbak... :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. InsyaAllah disegerakan semua hajatnya Mbk, semangat ya :)

      Delete
  4. kereen tulisanny mba, thanks sudah membagi pengalamanny. sangat mengisnspirasi dan memberi tambahan semangat utk trs berusaha, berdoa, dan berpasrah kpd Allah SWT..

    ReplyDelete
  5. Wah, boleh dicoba nih buat para jombloers yang galau :D
    TFS mbak Esti

    ReplyDelete
  6. Haiiii mamanya andin,,,,,
    setelah kenalan digrupp..baru kali ini aku bw yakk :))
    maafkan diriku blogger pensiun ini,,,

    pasrah dan berdoa... sama seperti obrolan kita digrup kemarin ya,
    percayalah suatu hari nanti jawaban itu akan ada...

    makasih buat postingannya,,btw mbak nanti aku japri tanya2 soal riyadhoh itu yakk

    ReplyDelete
  7. Hai,,,,mba salam kenal, tadinya saya pesimis tapi Saya yakin janji Allah pasti nyata

    ReplyDelete
  8. Trimakasih sdh menginspirasi ya mba. Skrg sy mantap dan yakin akan ketetapan allah swt. Mba sy mau nanya klo soal solat tahajud kan kita perempuan pasti ada menstruasi. Jd ga bs full selama 40hari dong mba?

    ReplyDelete
  9. Trimakasih sdh menginspirasi ya mba. Skrg sy mantap dan yakin akan ketetapan allah swt. Mba sy mau nanya klo soal solat tahajud kan kita perempuan pasti ada menstruasi. Jd ga bs full selama 40hari dong mba?

    ReplyDelete
  10. Assalamualaikum mba, riyadhoh untuk perempuan kan tdk bisa dilakukan straight 40 hari ya krn kita berhalangan. Apa dilanjutkan lagi setelah bersih atau bagaimana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. walaikumsalam.. maaf bantu jawab ya.. riyadhoh 40hari bagi wanita.. bila sedang haid, berhenti dulu hitungannya dan setelah bersih, bisa dilanjutkan tanpa mengulang dari nol.. 😊

      Delete

Terima kasih sudah meninggalkan komentar ^_^