Social Icons

18 Sept 2015

Orang Kaya


Apa sih sebenarnya standar disebut sebagai orang kaya? Apakah kalo punya rumah guede, mobil bagus, punya barang-barang ber-merk terkenal(terkenal mahal maksudnya hehe, atau punya posisi tertentu di kantor? Mungkin sekitar-sekitar itu kali ya.

Manusiawi sekali bila kita sering membedakan antara si "kaya" dan yang "tidak kaya" Pada si "kaya", kita lebih menaruh respek, bicara dengan tutur kata yang manis (ato dimanis-maniskan ya?) kalo si "kaya" punya kerja, misal: menikah atau menikahkan anaknya, kita cenderung 'menyumbang' lebih banyak daripada ketika kita menyumbang yang "tidak kaya". Aneh ya. Sudah kaya.. eh masih aja orang-orang nyumbang lebih banyak, apalagi kalo perhelatan di tempat mahal (orang kaya gitu lo)
Di kantorku ada beberapa orang yang dianggap 'kaya'. Aku ambil contoh aja deh ya. Dia, perempuan, memiliki suami yang anak mantan pejabat (otomatis suaminya kaya) Orangtua temanku pun "dianggap" kaya oleh teman-teman. Begitu mereka menikah langsung 'dapat' rumah dan seisinya, termasuk mobil(jadi orang kaya juga)

Bagi teman-teman apa pun yang dia pake itu bagus, secara fisik dia biasa, tapi selalu saja ada yang memuji cantik (ini bukan ngiri.com ya) Cara bicara orang-orang pun berbeda bila dengannya. Jarang banget jadi bahan ledekan.


Aku gak begitu perduli sih dengan semua perlakuan orang padanya, tapi baru kerasa ketika kita dinas luar bareng. Sebelum sampai ke kantor (lagi) ada beberapa teman yang memilih turun duluan, karena waktu pun sudah bukan jam kantor lagi. Teman-teman yang lain diturunkan di jalan-jalan yang dilalui mobil kami, tidak sampai ke rumah. Tapi khususon untuk yang dianggap kaya ini, walo dia bilang, 'di tepi jalan ini aja'. Tetep aja teman yang merangkap jadi sopir mengantar sampai depan rumah, padahal harus muter-muter karena ada ruas jalan yang ditutup oleh polisi.

Ketika itu aku berkata dalam hati, "kita lihat deh gimana dengan aku (di dalam mobil tinggal 4 orang, aku, satu-satunya cewek) rumahku memang melewati kantor tapi kalo dibandingkan dengan muter-muternya kita tadi, jelas rumahku lebih dekat"

Dan sesuai perkiraan, aku gak dianter sampai rumah. Aku cuma tersenyum dalam hati. Si teman yang jadi sopir kerasa tuh, dia bilang, 'maaf lo mbak, bukannya pilih kasih dan bla bla bla..."

Hahaha nasib orang yang belum termasuk jadi orang 'kaya' nich. Gak apa-apa yang penting kaya hati :)

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah meninggalkan komentar ^_^